Proposisi Kategorik, Penyimpulan langsung dan Silogisme Kategorik
Unsusr Dasar Proposisi
Proposisi kategorik adalah suatu
pernyataan yang terdiri atas hubungan 2 term sebagai subjek dan predikat
serta dapat dinilai benar atau salah. Hubungan ini berbentuk pengiyaan
atau pengingkaran. Proposisi kategorik terdiri atas empat unsur, dua di
antaranya merupakan materi pokok proposisi, sedang 2 yang lain sebagai
hal yang menyertainya. Empat unsur yang dimaksudkan adalah term sebagai
subjek, term sebagai predikat, kopula, dan kuantor.
Term sebagai subjek adalah hal yang
diterangkan dalam proposisi, term sebagai predikat adalah hal yang
menerangkan dalam proposisi. Kedua unsur sebagai subjek dan predikat
inilah yang merupakan materi pokok proposisi kategorik. Kopula merupakan
hal yang mengungkapkan adanya hubungan antara subjek dan predikat, dan
kuantor merupakan pembilang yang menunjukkan lingkungan yang dimaksudkan
oleh subjek.
Proposisi dalam logika dapat benar dapat
juga salah, tidak dapat dinilai kedua-duanya. Dalam arti tidak dapat
setengah benar atau setengah salah. Jika benar ya benar jika salah ya
salah sehingga tegas perbedaan antara keduanya.
Benar salahnya suatu proposisi
dihubungkan dengan hal yang dibicarakannya. Jika yang dibicarakan
tentang benda-benda alamiah maka kebenarannya adalah harus sesuai dengan
kenyataannya (mengikut teori korespondens), dan jika yang dibicarakan
hal atas dasar persetujuan bersama maka kebenarannya harus sesuai dengan
hasil persetujuan tersebut (mengikuti teori koherensi). Jadi, benar
salahnya suatu proposisi itu dihubungkan dengan isinya.
Term sebagai subjek berhubungan dengan
kuantitas proposisi. Subjek dibedakan antara subjek universal dan subjek
partikular. Subjek universal adalah mencakup semua yang dimaksud oleh
subjek, subjek partikular adalah hanya mencakup sebagian dari
keseluruhan yang disebutkan oleh subjek. Subjek universal dalam
pernyataan simbolik disertai dengan kuantor universal, dan subjek
partikular dalam pernyataan simbolik disertai dengan kuantor
eksistensial.
Term sebagai predikat selalu berhubungan
dengan isinya, dan merupakan kualitas proposisi, yang dibedakan antara
predikat afirmatif dan predikat negatif. Predikat afirmatif adalah sifat
mengiyakan adanya hubungan predikat dengan subjek, predikat negatif
adalah sifat mengingkari adanya hubungan predikat dengan subjek atau
sifat meniadakan hubungan subjek dengan predikat.
Empat Macam Proposisi
Proposisi kategorik merupakan pernyataan
yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan predikat, dan
secara sederhana dibedakan atas empat macam, yaitu: proposisi universal
afirmatif, proposisi universal negatif, proposisi partikular afirmatif,
dan proposisi partikular negatif. Dari empat macam proposisi kategorik
berdasarkan denotasi atau luas term yang dihubungkan, dapat dibedakan
menjadi tujuh macam proposisi kategorik.
Proposisi universal afirmatif ialah
pernyataan bersifat umum yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan
predikat, dirumuskan berikut ini. “Semua S adalah P”. Proposisi
universal afirmatif, berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan
atas dua macam: universal afirmatif ekuivalen dan universal afirmatif
implikasi.
1. Proposisi universal afirmatif
ekuivalen ialah pernyataan umum X mengiyakan yang antara subjek dan
predikat merupakan suatu persamaan, yakni semua anggota subjek adalah
anggota predikat dan semua anggota predikat adalah anggota subjek,
misal: Semua manusia berbudaya.
2. Proposisi universal afirmatif
implikasi ialah pernyataan umum mengiyakan yang semua subjek merupakan
bagian dari predikat, yakni semua anggota subjek menjadi himpunan bagian
dari predikat, misal: Setiap warga negara Indonesia ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Proposisi universal negatif ialah
pernyataan bersifat umum yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan
predikat, dirumuskan: “semua S bukan P”. Proposisi universal negatif
berdasarkan perbandingan luas term, hanya ada satu bentuk, yaitu
berbentuk eksklusif sehingga lengkapnya disebut universal negatif
eksklusif, yaitu pernyataan umum mengingkari yang berarti antara subjek
dan predikat tidak ada hubungan, misalnya semua rakyat Indonesia tidak
mengikuti ajaran komunis.
Proposisi partikular afirmatif ialah
pernyataan bersifat khusus yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan
predikat, dirumuskan: “sebagian S adalah P”. Proposisi partikular
afirmatif berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan atas dua
macam: partikular afirmatif inklusif dan partikular afirmatif implikasi.
1. Proposisi partikular afirmatif
inklusif ialah pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian subjek
merupakan bagian dari predikat, yakni ada anggota subjek yang menjadi
bagian predikat dan ada anggota predikat yang menjadi bagian subjek,
misal: Sebagian rakyat Indonesia adalah keturunan asing.
2. Proposisi partikular afirmatif
implikasi ialah pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian dari subjek
merupakan suatu predikat, yakni ada sebagian anggota subjek yang menjadi
himpunan predikat, misal: Sebagian rakyat Indonesia adalah warga Partai
Demokrasi Indonesia.
Proposisi partikular negatif ialah
pernyataan bersifat khusus yang mengingkari adanya hubungan subjek
dengan predikat, dirumuskan: “sebagian S bukan P”. Proposisi partikular
negatif berdasarkan perbandingan luas term terdapat dibedakan atas dua
macam: partikular negatif inklusif dan partikular negatif implikasi.
1. Proposisi partikular negatif
inklusif ialah pernyataan khusus mengingkari yang sebagian subjek tidak
merupakan bagian dari predikat, yakni ada sebagian subjek yang tidak
termasuk predikat dan ada sebagian predikat yang tidak termasuk subjek,
misalnya Sebagian Sarjana Hukum bukan ahli politik.
2. Proposisi partikular negatif
implikasi ialah pernyataan khusus mengingkari yang sebagian dari subjek
tidak merupakan suatu predikat, yakni ada sebagian subjek yang bukan
anggota predikat dan semua anggota predikat merupakan bagian dari
subjek, misalnya Sebagian manusia bukan bangsa Indonesia.
Proposisi Kategorik dan Tunggal
Proposisi tunggal dalam penalaran
kategogik erat hubungannya dengan proposisi kategorik, didefinisikan
“pernyataan yang terdiri atas satu term sebagai predikat sesuatu yang
dapat dinilai benar atau salah”. Berdasarkan definisi ini maka subjek
dari proposisi tersebut bukanlah suatu term atau konsep karena tidak
merupakan suatu himpunan. Dan perbedaan pokok dengan proposisi kategorik
adalah, dalam proposisi tunggal subjeknya bukan suatu term karena
dianggap sudah jelas, sedang proposisi kategorik subjeknya adalah suatu
term yang cirinya dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sebagai
denotasinya.
Proposisi tunggal dapat bermula dari
proposisi kategorik yang sudah jelas subjeknya, kemudian hanya
dinyatakan predikatnya saja. Dan dapat juga proposisi tunggal dari
bentuk proposisi kategorik yang kedua term sebagai subjek dan
predikatnya dijadikan satu kesatuan sebagai predikat. Proposisi tunggal
berdasarkan kuantitas dan kualitasnya dapat dibedakan atas 4 macam
sebagai berikut.
1. Proposisi universal afirrnatif, dirumuskan: œx.Px, “semua adalah P”.
2. Proposisi universal negatif, dirumuskan: œx.-Px, “semua bukan P”.
3. Proposisi partikular afirmatif, dirumuskan: ›x.Px, “ada yang P”.
4. Proposisi partikular negatif, dirumuskan: ›x.-Px, “ada yang bukan P”.
Penalaran kategorik pada dasarnya
dibedakan atas 3 macam, yaitu penalaran dalam bentuk pertentangan,
penalaran dalam bentuk persamaan, dan penalaran dalam bentuk
penyimpulan. Dalam 3 bentuk penalaran tersebut proposisi yang sebagai
pangkal-pikir tidak sama tergantung dari bentuk penalarannya. Proposisi
tunggal untuk penalaran oposisi sederhana, proposisi kategorik dengan
dasar kuantor yang dibedakan empat macam untuk penalaran oposisi
kompleks dan juga digunakan dalam bentuk penalaran negasi kontradiksi,
dan proposisi kategorik berhimpunan yang dibedakan atas tujuh macam
menjadi pangkal-pikir untuk edukasi dan juga silogisme kategorik.
Oposisi sederhana adalah perlawanan dua
pernyataan tunggal yang berbeda kuantitas atau kualitasnya atau berbeda
kedua-duanya. Oposisi kompleks merupakan perlawanan 2 pernyataan
kategorik yang berbeda kuantitas atau kualitasnya atau berbeda
kedua-duanya. Negasi kontradiksi merupakan kaidah pengingkaran salah
satu dari 2 pernyataan yang berbeda kuantitas dan kualitasnya. Eduksi
merupakan penyimpulan langsung dari suatu proposisi ke proposisi lain
dengan pengolahan term yang sama. Silogisme kategorik adalah bentuk
penyimpulan tidak langsung atas dasar hubungan dua pernyataan di
dalamnya terkandung adanya term pembanding yang mewujudkan proposisi
lain sebagai kesimpulannya.
PENYIMPULAN LANGSUNG
Penalaran Oposisi
Penalaran Oposisi
Oposisi merupakan pertentangan antara 2
pernyataan atas dasar pengolahan term yang sama. Oposisi dalam logika
dibedakan atas dua macam, yaitu oposisi satu term atau oposisi sederhana
atau juga disebut dengan oposisi simpel, dan oposisi dua term atau
oposisi kompleks.
Oposisi simpel merupakan hubungan logik
dua pernyataan tunggal atas dasar term yang sama, tetapi berbeda
kualitas atau kuantitas atau berbeda kedua-duanya. Oposisi simpel
dibedakan atas empat macam, yaitu oposisi kontrarik, oposisi
subkontrarik, oposisi kontradiktorik, dan oposisi subalternasi.
1. Oposisi kontrarik ialah
pertentangan dua pernyataan universal atas dasar satu term yang sama,
tetapi berbeda kualitasnya.
2. Oposisi subkontrarik ialah
pertentangan dua pernyataan partikular atas dasar satu term yang sama,
tetapi berbeda kualitasnya.
3. Oposisi kontradiktorik ialah
pertentangan antara dua pernyataan atas dasar term yang sama, tetapi
berbeda dalam kuantitas dan kualitasnya.
4. Oposisi subalternasi ialah
pertentangan antara dua pernyataan atas dasar satu term yang sama dan
berkualitas sama, tetapi berbeda dalam kuantitasnya. Subalternasi ada
dua macam: subimplikasi dan superimplikasi.
1. Subimplikasi ialah hubungan logik
pernyataan partikular terhadap pernyataan universal atas dasar term
yang sama serta kualitas sama.
2. Superimplikasi ialah hubungan
logik pernyataan universal terhadap pernyataan partikular atas dasar
term yang sama serta kualitas sama.
Oposisi kompleks merupakan hubungan logik
2 pernyataan atas dasar 2 term yang sama sebagai subjek dan predikat,
yang secara singkat dirumuskan: perlawanan dua proposisi kategorik atas
dasar term yang sama yang berbeda kuantitas atau kualitasnya atau
berbeda kedua-duanya. Oposisi komplek sdibedakan atas 3 macam, yakni
oposisi paralel, oposisi kontradiktorik, dan oposisi eksklusif.
Dinyatakan oposisi paralel karena proposisi yang satu sejajar dan
mengandaikan adanya proposisi yang lain, sedang dinamakan oposisi
kontradiktorik karena antara proposisi satu dengan yang lainnya saling
bertentangan penuh, dan dinamakan oposisi eksklusif karena antara 2
proposisi yang bertentangan itu saling menyisihkan.
1. Oposisi paralel merupakan hubungan dua pernyataan partikular dengan dua term yang sama tetapi berbeda dalam kualitasnya.
2. Oposisi kontradiktorik merupakan
pertentangan dua pernyataan dengan dasar term yang sama namun berbeda
kuantitas maupun kualitasnya, yang sering disebut juga kontradiksi.
3. Oposisi eksklusif merupakan
pertentangan dua pernyataan universal kategorik yang berbeda kualitas
atau pertentangan dua pernyataan yang berkualitas sama, tetapi berbeda
kuantitasnya dengan term-term yang sama.
Berdasarkan oposisi kompleks ada 2a
penyimpulan yang dapat dirumuskan, yaitu penyimpulan bentuk negasi
kontradiksi dan penyimpulan implikasi:
1. Negasi kontradiksi, yaitu 2
pernyataan yang kontradiksi jika salah satu diingkari akan mewujudkan
suatu persamaan arti, hal ini menjadi suatu kaidah.
2. Penyimpulan implikasi jika suatu
keseluruhan mempunyai sifat tertentu maka bagian dari keseluruhan itu
juga mempunyai sifat tersebut, dan jika mengingkari maka bagiannya pun
mengingkari.
Penalaran Edukasi
Eduksi merupakan penyimpulan langsung
dari suatu proposisi ke proposisi lain dengan pengolahan term yang sama.
Pengolahan term dalam eduksi dapat juga berbentuk penukaran kedudukan
term atau berbentuk menegasikan term atau juga gabungan keduanya.
Penalaran eduksi ini secara sederhana ada 3 macam, yaitu konversi,
inversi, dan kontraposisi. Proposisi yang sebagai pangkal-pikirnya
adalah tujuh macam proposisi berhimpunan yang merupakan penjabaran dari
empat macam proposisi kategorik, yakni universal afirmatif ekuivalen,
universal afirmatif implikasi, universal negatif eksklusif, partikular
afirmatif inklusif, partikular afirmatif implikasi, partikular negatif
inklusif, dan partikular negatif implikasi.
Konversi merupakan penyimpulan langsung
dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat dari suatu proposisi
tanpa mengubah makna yang dikandungnya. Menukar kedudukan yang dimaksud
di sini ialah, term sebagai subjek dalam premis menjadi predikat dalam
kesimpulan, dan sebaliknya term sebagai predikat dalam premis menjadi
subjek dalam kesimpulan. Penyimpulan bentuk konversi kuantitas proposisi
ada yang sama dan ada yang berubah atau dengan kata lain konversi sama
kuantitas dan konversi beda kuantitas.
Inversi merupakan penyimpulan langsung
dengan cara menegaskan subjek dan predikat pada suatu proposisi. Inversi
ini ada 2 macam, inversi penuh dan inversi sebagian. Inversi penuh,
yaitu mengasikan subjek dan predikat dari proposisi semula. Inversi
sebagian, yaitu menegasikan subjek dan menetapkan predikat dari
proposisi semula.
Kontraposisi merupakan penyimpulan
langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat serta
menegasikannya. Kontraposisi juga ada dua macam, sama seperti inversi,
yakni kontraposisi penuh dan kontraposisi sebagian. Kontraposisi penuh
ialah menukar kedudukan subjek dan predikat serta menegaskan keduanya
dari proposisi semula. Kontraposisi sebagian ialah menukar kedudukan
subjek dan predikat serta hanya menegasikan predikat proposisi semula
menjadi subjek dalam kesimpulan.
SILOGISME KATEGORIK
Prinsip-prinsip Penyimpulan
Penyimpulan tidak langsung, struktur
penalarannya diwujudkan dalam bentuk silogisme, yaitu yang secara umum
diartikan dengan susunan pikir. Silogisme merupakan salah satu bentuk
penyimpulan deduktif yang sering digunakan, baik dalam kehidupan
sehari-hari dalam suatu perbincangan maupun dalam bentuk
penelitian-penelitian ilmiah. Khusus silogisme kategorik sebagai salah
satu bentuk penyimpulan tidak langsung dirumuskan sebagai “Suatu bentuk
penyimpulan berdasarkan perbandingan dua proposisi yang di dalamnya
terkandung adanya term pembanding dan yang dapat melahirkan proposisi
lain sebagai kesimpulannya.
Dalam penyimpulan bentuk silogisme
kategorik ada tujuh prinsip yang harus diikuti, 3 prinsip atas dasar
konotasi term, dan 4 prinsip atas dasar denotasi term, yaitu berikut
ini.
1. Hukum pertama. Dua hal yang sama, apabila yang satu diketahui sama dengan hal ketiga maka yang lain pun pasti sama.
2. Hukum kedua. Dua hal yang sama,
apabila sebagian yang satu termasuk dalam hal ketiga maka sebagian yang
lain pun termasuk di dalamnya.
3. Hukum ketiga. Antara 2 hal, apabila yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ketiga maka dua hal itu berbeda.
4. Hukum keempat: Jika sesuatu
diakui sebagai sifat sama dengan keseluruhan maka diakui pula sebagai
sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
5. Hukum kelima. Jika sesuatu diakui
sebagai sifat sama dengan bagian dari suatu keseluruhan maka diakui
pula sebagai bagian dari keseluruhan itu.
6. Hukum keenam. Apabila sesuatu hal
diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan maka diakui pula sebagai
bagian dari keseluruhan itu.
7. Hukum ketujuh. Apabila sesuatu
hal yang tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui pula oleh
bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
Metode lain untuk menentukan sah
tidaknya kesimpulan dalam silogisme, selain menggunakan tujuh prinsip
tersebut dapat dirumuskan suatu cara untuk menentukan kepastian
kesimpulan dari suatu silogisme dalam diagram himpunan hanya satu
bentuk”. Satu bentuk yang dimaksudkan di sini adalah satu bentuk logik.
Prinsip penyimpulan praktis ini dapat juga dinyatakan bentuk
kontrapositifnya sebagai berikut: “Suatu silogisme jika dilukiskan dalam
diagram himpunan lebih satu bentuk maka kesimpulannya tidak pasti”.
Silogisme Beraturan
Silogisme kategorik adalah suatu bentuk
penyimpulan berdasarkan perbandingan dua proposisi yang di dalamnya
terkandung adanya term pembanding dan yang dapat melahirkan proposisi
lain sebagai kesimpulannya. Dirumuskan juga: penalaran berbentuk
hubungan 2 proposisi kategorik yagn terdiri atas tiga term sehingga
melahirkan proposisi ketiga sebagai kesimpulannya. Dalam definisi di
atas jelaslah bahwa silogisme kategorik harus terdiri atas 3 term, hal
ini merupakan suatu prinsip sehingga silogismenya disebut dengan
silogisme beraturan. Jadi silogisme beraturan adalah hanya terdiri atas
tiga term.
Dengan memperhatikan kedudukan term
pembanding, dalam premis pertama maupun dalam premis kedua maka
silogisme kategorik dapat dibedakan antara empat bentuk atau empat pola,
yaitu berikut ini.
1. Silogisme Sub-Pre: Suatu bentuk
silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai subjek
dan dalam premis kedua sebagai predikat.
2. Silogisme Bis-Pre: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi predikat dalam kedua premis.
3. Silogisme Bis-Sub: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi subjek dalam kedua premis.
4. Silogisme Pre-Sub: Suatu bentuk
silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai predikat
dan dalam premis kedua sebagai subjek.
Dalam membandingkan 2 proposisi kategorik
yang sebagai premis silogisme, proposisi pertama dapat bergantian
antara 5 macam sebagaimana yang telah dibicarakan di atas, dibandingkan
dengan proposisi kedua yang bergantian juga antara lima macam maka tiap
satu bentuk silogisme kategorik ada 5 ´ 5 macam, yaitu ada 25 macam
silogisme, tetapi secara terperinci sebenarnya ada 7 ´ 7 berarti tiap
bentuk ada 49 macam. Berdasarkan hasil pembuktian dengan diagram
himpunan, dari 25 macam tiap bentuk silogisme, hanya 13 mempunyai
kesimpulan tepat dan pasti, adapun yang lainnya tidak dapat dipastikan
kesimpulannya. Semua silogisme yang pasti ini merupakan penerapan 7
hukum dasar penyimpulan ke bentuk-bentuk silogisme dengan mengikuti
sistem konversi.
Silogisme Tidak Beraturan
Silogisme tidak beraturan yang merupakan
kumpulan berbagai ragam silogisme, yaitu silogisme kategorik yang
proposisinya ada yang tidak dinyatakan atau berkait-kaitan atau juga
bentuk silogisme yang terdiri atas beberapa silogisme yang berkaitan.
Silogisme tidak beraturan semuanya dapat dikembalikan ke bentuk
silogisme yang beraturan, adapun yang berkaitan dapat juga diuraikan
secara bertahap. Silogisme tidak beraturan ada empat macam, yaitu
entimema, epikirema, sorites, dan ada juga yang disebut dengan
polisilogisme. Semua ini akan dibicarakan satu per satu secara jelas.
Penalaran bentuk entimema hanya
menyebutkan premisnya saja tanpa ada kesimpulan karena dianggap sudah
langsung dimengerti kesimpulannya atau sudah disebutkan terlebih dahulu.
Dan sering juga menyebutkan premis pertama dengan kesimpulan atau
premis kedua dengan kesimpulan. Semua ini menunjukkan bahwa dalam
penalarannya itu ada proposisi yang diperkirakan atau tidak dinyatakan.
Entimema didefinisikan sebagai berikut. Entimema adalah suatu bentuk
silogisme yang hanya menyebutkan premis atau kesimpulan saja atau
keduanya, tetapi ada satu premis yang tidak dinyatakan. Penalaran dalam
bentuk entimema proposisi yang tidak dinyatakan ada 4 kemungkinan, yaitu
entimema dari silogisme yang premis pertamanya ditiadakan, entimema
dari silogisme yang premis keduanya ditiadakan, entimema dari silogisme
yang kesimpulannya diperkirakan karena langsung dapat diketahui,
entimema dari silogisme yang kedua premisnya diperkirakan karena
dianggap sudah diketahui.
Penalaran bentuk epikirema didefinisikan
secara jelas sebagai berikut. Epikirema adalah suatu bentuk silogisme
yang salah satu atau kedua premisnya disertai dengan alasan. Premis yang
disertai dengan alasan itu sebenarnya merupakan kesimpulan dari suatu
silogisme tersendiri yang berbentuk entimema. Penalaran bentuk epikirema
ini banyak dijumpai dalam buku-buku maupun percakapan sehari-hari.
Adapun premis-premisnya yang berbentuk entimema sering dinyatakan
kesimpulannya terlebih dahulu daripada premisnya atau mendahulukan
akibat dari sebab.
Penalaran bentuk sorites didefinisikan:
suatu bentuk silogisme yang premisnya berkait-kaitan lebih dari dua
proposisi sehingga kesimpulannya berbentuk hubungan antara salah satu
term proposisi pertama dengan salah satu term proposisi terakhir yang
keduanya bukan term pembanding. Sorites pada dasarnya ada dua macam,
yaitu sorites progresif dan sorites regresif. Sorites progresif, yaitu
suatu perbincangan mengarah maju dari term yang tersempit sampai pada
yang terluas, sedang kesimpulannya adalah hubungan antara subjek dari
premis pertama dengan predikat dari premis terakhir. Sorites regresif,
yaitu suatu perbincangan mengarah balik dari term yang terluas menuju
yang tersempit, sedang kesimpulannya merupakan hubungan antar subjek
dari premis terakhir dengan predikat dari premis pertama. Penalaran
bentuk sorites dapat diambil kesimpulan secara pasti, jika memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut.
1. Jika dalam perkaitan itu
lingkungan term berjalan dari term yang luas meliputi term yang sempit
maka perkaitan selanjutnya tidak boleh dibalik, walaupun term tersebut
sebagai subjek atau predikat.
2. Jika dalam perkaitan itu
lingkungan term berjalan dari term yang sempit termasuk dalam lingkungan
term yang luas maka perkaitan selanjutnya tidak boleh dibalik, baik
term tersebut sebagai subjek maupun predikat.
3. Jika dalam perkaitan itu ada
negasi maka yang menegasikan atau yang dinegasikan harus term yang lebih
luas, hal ini berdasarkan prinsip ketujuh.
4. Jika dalam perkaitan itu tiap
proposisi sebagai premis berbentuk ekuivalen maka sampai proposisi tak
terhingga pun kesimpulannya tetap berbentuk ekuivalen, hal ini
berdasarkan prinsip pertama kaidah silogisme.
Penalaran bentuk polisilogisme secara
singkat didefinisikan sebagai berikut: polisilogisme adalah suatu bentuk
penyimpulan berupa perkaitan silogisme sehingga kesimpulan silogisme
sebelumnya menjadi premis pada silogisme berikutnya. Bentuk penalaran
polisilogisme pada dasarnya merupakan uraian terperinci bentuk sorites,
yang tiap tahap diberi kesimpulan tersendiri sehingga merupakan
silogisme bertumpuk atau silogisme berkaitan. Perbedaan pokok antara
sorites dengan polisilogisme, yaitu Dalam penalaran bentuk sorites yang
berkaitan adalah premisnya, dan dalam penalaran bentuk polisilogisme
yang berkaitan adalah silogisme.
0 komentar:
Posting Komentar